Saturday, January 11, 2014

Takut

"The brave man is not he who doesn't feel afraid, but he who conquers that fear."

Belakangan ini, entah kenapa kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepala gue.

Takut. Setiap manusia pasti ngerasain yang namanya rasa takut. Takut sama gurunya yang galak gara-gara ga ngerjain tugas, takut dimarahin orangtuanya karena korupsi duit belanja, takut dikejar tramtib kalo lagi patroli, takut ditolak gebetannya dan takut-takut yang masih banyak lagi.

Jujur, gue juga adalah seorang penakut.
Dan ketakutan gue yang paling besar adalah pandangan orang terhadap gue. Bisa dibilang; gue sangat takut kelihatan jelek di depan orang lain.

Entah sejak kapan rasa takut ini muncul dan berkembang, membuat gue jadi pribadi yang benar-benar self-conscious sama hal-hal di sekitar. Apalagi sama orang yang baru kenal dan orang yang emang not that easy to be close with. Sampe pernah salah seorang temen gue bilang kalo gue itu apatis. Padahal mah karena gue terlalu 'peduli' sama diri sendiri makanya gue ga sempat buat memperdulikan orang lain.

Ketakutan gue yang lainnya adalah dalam mengambil keputusan. Kalau melakukan ini, ke depannya bakal gimana. Kalau melakukan itu, apakah gue akan mendapat hasil yang sama seperti gue melakukan ini. Entah sejak kapan, gue selalu memikirkan konsekuensi apa yang bakal gue dapat, dengan tujuan agar gue ga menyesal untuk ke depannya.

Dan karena sudah terbiasa dengan rasa takut itu juga gue jadi sering membatasi diri. Gue gabisa berada jauh-jauh dari comfort zone. Gue gabisa berada di zona ga aman yang kerap kali membuat gue merasa asing dan insecure. Seringkali, apa yang sebenernya pengen gue lakukan malah ga bisa gue sampaikan. Ujung-ujungnya gue pun malah menyesal karena ga mampu gue mewujudkan hal itu.

Iya, emang pathetic banget. Gue tahu semua rasa takut ini bukanlah hal baik. Harusnya gue berubah dan melawan semua ketakutan itu, bukannya malah semakin terbuai di bawah pengaruhnya.

...Harusnya kan, ya?

Tapi gimanapun juga, ternyata memang ga semua hal tentang rasa takut itu jelek juga.

Waktu kecil, kita mungkin masih ingat bahwa orang dewasa sering memberi nasehat tentang hal-hal yang tidak masuk akal. Kalau bangun kesiangan jodohnya bakal seret lah, kalau pulang kesorean diculik sundel bolong lah, kalau potong kuku malem-malem pamali lah. Kalau ini, kalau itu, dan kalau-kalau yang lain. Sadar atau tidak, hal itu memunculkan rasa takut di dalam diri kita. Pengetahuan kita yang terbatas sebagai anak-anak yang memang membuat kita merasa asing dengan semua hal yang belum kita ketahui sebelumnya, semakin memburuk oleh rasa takut yang ditimbulkan tadi. Menyebabkan kita, seperti kata gue tadi, ingin terus berada di zona aman yang itu-itu saja.

Namun, semakin kita tumbuh, semakin kita belajar untuk mengerti dan memahami. Ketakutan yang ada sewaktu kita kecil itu mau tidak mau harus kita hadapi. Sesuatu yang tadinya asing dan menurut kita menyeramkan ternyata ga seseram yang sebelumnya kita duga. Bagaimana keraguan yang tadinya mengumpul di dalam hati itu, sedikit demi sedikit memudar dan membuat kita menjadi lebih berani untuk melangkah ke depan.

Dan jujur aja, walaupun banyak dapet ruginya dan ga enaknya, dengan menjadi seorang penakut inilah gue bisa belajar. Untuk menghadapi rasa takut di dalam hati. Untuk mengalahkan diri sendiri agar menjadi seorang pemberani.

Pelan-pelan, gue paham bahwa itu semua adalah salah satu proses menuju pendewasaan.

" I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it."
Nelson Mandela