Saturday, December 21, 2013

Sudahlah

Kadang-kadang gue suka mikir, buat apa gue melakukan ini semua?

Buat apa gue memperjuangkan suatu hal dengan mati-matian padahal hal tersebut belum pasti adanya?

Kalaupun kita mendapatkannya toh, apakah kita mampu untuk mempertahankannya?

Lalu bagaimana dengan orang-orang? Apakah mereka akan memandang penuh dengan takjub dan heran ketika gue berhasil mendapatkannya atau justru malah berbalik tidak peduli?

Ya...

Gue tau harusnya gue nggak tetap begini, terus berharap tanpa pernah berbuat. Gue tau harusnya gue berubah, mulai dari pola pikir sampai cara pandang gue terhadap suatu hal yang akan menentukan bakal jadi apa masa depan gue nanti.

Apa yang gue cari sebenarnya? Apakah cuma sekadar kebanggaan dan prestise atau benar-benar sebuah ilmu yang murni? Apakah gue benar-benar ingin sampai ke tempat tujuan itu atau cuma sekedar keinginan yang semu? Kalau gue benar-benar menginginkannya pun, kenapa gue nggak bertindak? Kenapa gue nggak berbuat sesuatu untuk mendapatkannya dan malah tetap diam nggak bergerak?

Ibaratnya kalo sekarang temen-temen gue sedang berlomba-lomba mendaki gunung tinggi, gue di dasar gunung itu cuma bisa diam menerawang.

Seharusnya gue malu, bisa-bisanya malah terbuai sama ketidakpastian. Apa gunanya kalau gitu motivasi dan janji gue selama ini terhadap diri sendiri? Kalau ujung-ujungnya semua itu malah lenyap tak bersisa dan memudar begitu saja bersama dengan pengharapan yang sebelumnya selalu gue elu-elukan berulang kali.

Percuma. Percuma aja semuanya kalo gue tetap terus begini.

Entah, seolah-olah gue sampai memilih untuk nggak peduli lagi apakah nantinya gue bakal sampai ke atas puncak atau malah akan tergelincir di tengah perjalanan dan jatuh ke dasar jurang yang gelap.

Bukan sekali dua kali pikiran itu menghampiri. Bukan sekali dua kali bayangan itu menghantui.

Kalau boleh jujur, gue takut. Takut sama keputusan yang akan gue ambil. Takut sama hasil yang nggak bakalan sesuai sama keinginan. Takut sama masa depan yang gue nggak tahu bakal jadi apa dan bagaimana.

Iya, gue memang pengecut. Pengecut bermental rapuh yang bahkan belum pernah mencoba dan berusaha namun sudah mundur mengurung diri. Pengecut nan lemah yang bahkan tidak bisa bertarung untuk mengalahkan dirinya yang penuh dengan rasa arogansi dan egoisme yang tinggi. Pengecut yang bahkan tidak bisa mengerti dirinya sendiri.

Kalau begini boro-boro mendaki gunung, melangkah ke depan pun mungkin gue nggak bakalan mampu.

Ah...

Bagaimanapun, yang menentukan semuanya adalah diri gue sendiri. Apakah gue akan maju dan mendaki gunung tinggi itu di depan, semuanya mau tidak mau tergantung dari apa yang ada di dalam diri gue sendiri.

Karena sesungguhnya semua orang memiliki masalah yang sama, tinggal bagaimana cara mereka dalam menghadapi, menyikapi dan menyelesaikan masalah itu. Apakah ia akan senang, sedih, marah, kesal atau biasa saja, sekali lagi semuanya tergantung dari diri orang masing-masing.

Yah...

Karena itu, gue tahu tulisan ini mungkin aneh dan nggak jelas. Makanya...

Kita sudahi disini sajalah ya.